Tuesday, January 22, 2013

Materi IPA

       Kesulitan para guru untuk mengajarkan materi secara efektif dan menarik adalah kesulitan menemukan alat peraga yang ideal. Akibatnya, jika alat peraga kurang sesuai atau tidak ada hasil instruktusional kurang optimal. Parahnya hal ini tidak dijadikan refleksi guru dalam mengajar. Kebanyakan guru bahkan mengajar tanpa persiapan sama sekali. Jadi guru juga ikut bertanggung jawab jika ada anak didiknya tidak lulus ujian nasional.
Rasa penyesalan juga dirasakan oleh siswa. Saya menemukan beberapa kasus yang saya alami sendiri dan juga rekan- rekan saya. Kebanyakan kami merasa kuper tentang materi karena dasar pengetahuan kurang ditanamkan secara maksimal oleh guru SD. Teman saya A merasa menyesal saat mengikuti lomba murid teladan, dari 25 soal dia hanya paham 5 soal dan yang lainnya god willing. Begitu juga teman saya B, saat mengikuti ujian masuk perguruan tinggi ia hanya menatap soal. Menurut mereka, guru mereka belum pernah mengajarkan materi – materi tersebut.
        Memang, kesalahan mendasar yang dilakukan oleh kebanyakan guru saat ini adalah formalitas dalam mengajar dan tidak berusaha melakukan SWOT persiapan secara matang. Akhirnya mereka hanya mengajar secara verbalitas. Anak – anak tidak tertarik dan akhirnya bercerita sendiri atau melamunkan ingatannya dirumah. Seharusnya sebagai guru kita harus malu dan sudah memulai meninggalkannya.
        Lalu, bagaimana cara kita mencari solusinya ? Ya tentu dengan membuat alat peraga atau meminjam alat peraga. Setiap guru adalh kolega bagi yang lain. Tidak ada persaingan dan harus saling membantu. Oleh karena itu saya mencoba untuk berbagi sedikit tentang alat peraga dan materi IPA tata surya kelas 6. Semoga bermanfaat

Bahasa Indonesia

Kata Berimbuhan

Kata berimbuhan adalah kata yang mengalami pengimbuhan (afiksasi). Imbuhan atau afiks adalah morfem terikat yang digunakan dalam bentuk dasar untuk menghasilkan suatu kata.

Jenis-jenis Imbuhan

Ditinjau dari letaknya, imbuhan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks.
a. Prefiks atau awalan adalah imbuhan yang diikatkan di depan bentuk kata dasar. Contohnya: ber-, se-, me(N)-, di-, ter-, ke-, pe(N)-, per-.
b. Infiks atau sisipan adalah imbuhan yang dikaitkan di tengah bentuk dasar. Contohnya: -em-, -el-, -er-.
c. Sufiks atau akhiran adalah imbuhan yang dikaitkan di belakang bentuk dasar. Contohnya: -kan, -an, -nya, -i, -wan.
d. Konfiks adalah imbuhan yang dilekatkan di depan-belakang bentuk dasar secara bersamaan. Contohnya: ke-an, pe(N)-an, per-an, ber-an, se-nya.
Ditinjau dari asalnya, imbuhan dapat dibedakan atas afiks asli dan afiks serapan. Contoh afiks serapan: a-, pra-, adi-, antar-, ekstra-, eks-, non-, kontra-, pro-, pasca-, semi-, sub-, swa-, tuna-, supra-, -isme, -isasi, -logi, -wan, -or.

Penggunaan Imbuhan

1. me(N)-
Awalan me(N)- memiliki variasi bentuk, yakni me-, men-, mem,- meng-, meny-, dan menge-. Variasi itu bergantung pada fonem awal dari bentuk yang dilekatinya.
a. me-, jika menghadapi fonem /l/, /m/, /n/, /ng/, /r/, dan /w/. Contohnya melirik, memasak, menanti, menganga, merawat, mewarisi.
b. mem-, jika menghadapi fonem /b/, dan /p/. Contohnya membawa, memukul.
c. men-, jika menghadapi fonem /c/, /d/, /j/, dan /t/. Contohnya mencuci, mendatang, menjual, menukar.
d. meng-, jika menghadapi fonem /g/, /k/, /kh/ dan vocal. Contohnya menggulung, mengait, mengkhianati, mengambil.
e. meny-, jika menghadapi fonem /s/. Contohnya menyuap.
f. menge-, jika menghadapi kata yang memiliki satu suku kata. Contohnya mengelap.

Awalan me(N)- memiliki makna sebagai berikut.
a. Melakukan perbuatan.
Contoh: mengambil, menjual, menilai.
b. Melakukan perbuatan dengan alat.
Contoh: mengail, menyabit, mencangkul.
c. Menjadi atau dalam keadaan.
Contoh: menurun, meluap, meninggi.
d. Membuat kesan seolah-olah.
Contoh: membisu, mengalah.
e. Menuju ke
Contoh: mendarat, menepi.
f. Mencari
Contoh: mendamar, merotan
2. ber-
Penggunaan awalan ber- mempunyai kaidah-kaidah sebagai berikut.
a. Apabila diikuti bentuk dasar yang berhuruf awal /r/ atau yang suku kata awalnya berakhir dengan –er-, maka awalan ber- berubah menjadi be-.
Contoh: ber- + rantai menjadi berantai
b. Apabila bertemu dengan kata ajar, ber- berubah menjadi bel-.
Contoh: ber- + ajar menjadi belajar
c. Apabila diikuti kata dasar selain yang disebutkan di atas, ber- tidak mengalami perubahan bentuk.
Contoh: ber- + balik menjadi berbalik
Awalan ber- bermakna sebagai berikut.
a. Melakukan perbuatan.
Contoh: bernyanyi, berbaur, berdandan.
b. Mempunyai
Contoh: beratap, berhasil, beruang, berambut.
c. Memakai/menggunakan/mengendarai.
Contoh: berbaju, bersepeda, bersepatu.
d. Mengeluarkan.
Contoh: bertelur, berbau, berair, berkata.
e. Berada dalam keadaan.
Contoh: bergegas, beramai-ramai.
f. Menyatakan sifat atau sikap mental.
Contoh: berbaik hati, berbahagia, berhati-hati.
g. Menyatakan ukuran, jumlah.
Contoh: bertahun-tahun, bermeter-meter, berdua.
3. di-
Awalan di- bermakna suatu perbuatan pasif, sebagai kebalikan dari awalan me(N)- yang bermakna aktif.
Contoh: dibaca, diambil, dijual.
4. ter-
Awalan ter- menyatakan makna sebagai berikut.
a. Sudah di- atau dapat di-.
Contoh: tertutup, terbuka.
b. Ketidaksengajaan
Contoh: terbawa, terpegang, terlihat, tertendang.
c. Tiba-tiba
Contoh: teringat, terjatuh.
d. Dapat/kemungkinan
Contoh: ternilai, terangkat.
e. Paling/superlatif
Contoh: tertua, terbagus, terindah.
f. Sampai ke-
Contoh: terulang, terbuku.
5. pe(N)-
Awalan pe(N)- berfungsi sebagai pembentuk kata benda. Awalan ini memiliki variasi seperti halnya yang berlaku pada me(N)-, yakni: pe-, pem-, pen-, peny-, dan penge-. Selain itu, awalan pe(N)- ada pula yang dipengaruhi awalan ber-. Hasil dari pengaruhnya itu berupa variasi pe-.
Contoh:
me(N)- → pe(N)-
pelatih, perawat, pewaris, pencubit, pengawas, penyusun, pemburu, dan sebagainya.
ber- → pe(N)-
pedagang, pelayar, petinju, pelajar, pelari, dan sebagainya.
Awalan pe(N)- mengandung makna sebagai berikut.
a. Yang melakukan perbuatan.
Contoh: penulis, pembaca, pembicara, pendengar.
b. Bidang pekerjaan
Contoh: petinju, pedagang, pengusaha.
c. Alat
Contoh: penggaris, penggaruk.
d. Memiliki sifat.
Contoh: pemalu, pemaaf.
e. Penyebab
Contoh: pemanis, pemutih.
6. per-
Awalan ini mempunyai variasi bentuk, yakni per- dan pe-. Variasi pe-terbentuk apabila awalan tersebut dilekatkan pada kata dasar yang berfonem awal /r/.
Contoh: pertimbangkan, persidangan.
Awalan ini umumnya mengandung arti kausatif, yaitu menyebabkan terjadinya atau adanya sesuatu. Arti kausatif ini dapat diperinci sebagai berikut.
a. Menjadikan, membuat sesuatu jadi.
Contoh: perbudak, perhamba, perdewa.
b. Memanggil atau menganggap sebagai.
Contoh: pertuan, peradik, peristri.
c. Membagi, membuat jadi.
Contoh: perdua, perlima, persepuluh.
d. Membuat lebih.
Contoh: pertinggi, perbesar, perhebat.
e. Intensitas.
Contoh: perturut, pertimba.
7. se-
Makna-makna yang dikandung awalan se- adalah sebagai berikut.
a. Berarti satu
Contoh: sebuah, sebatang, seorang, seekor, sebutir.
b. Berarti seluruh atau seisi
Contoh: sedesa, serumah, sekampung, senegeri.
c. Berarti sama-sama
Contoh: sepermainan, seperjuangan.
d. Sama dengan
Contoh: setinggi (gunung), sekuat (gajah), sebodoh (keledai).
e. Menyatakan waktu
Contoh: sesudah, setibanya.
8. ke-
Makna yang terkandung pada awalan ini adalah sebagai berikut.
a. Bermakna tingkat atau kumpulan
Contoh: kesatu, kedua, ketiga, kesepuluh.
b. Yang di-i
Contoh: ketua, kehendak, kekasih.
9. –el-, -em-, -er-
Makna dari ketiga sisipan tersebut adalah sebagai berikut.
a. Banyak dan bermacam-macam
Contoh: gerigi, gemunung, serabut, temali, kemelut.
b. Menyatkan intensitas frekuentatif
Contoh: gemetar, gemuruh, gemertak, gemercik.
c. Mempunyai sifat seperti yang disebut pada kata dasarnya
Contoh: gelembung, temurun, gemilang, telunjuk.
10. –kan, dan –i
Akhiran –kan dan –i sama-sama membentuk pokok kata. Contoh: bawakan, belikan, hindari, ajari. Maksudnya, kata itu belum bisa digunakan tanpa dibantu oleh imbuhan lain.
Dengan tambahan awalan me(N)-, di-, dan ter-, pokok kata itu membentuk suatu kata secara utuh.
Makna akhiran –kan antara lain:
a. menyatakan perbuatan untuk orang lain
contoh: membacakan, menghidangkan, dibelikan.
b. membuat jadi
contoh: meninggikan, diputihkan.
c. tidak sengaja
contoh: termanfaatkan
d. pengantar objek sebagai pengganti kata depan
contoh: bertaburkan, bermandikan
Makna akhiran –i, antara lain:
a. menyatakan perbuatan yang berulang-ulang
Contoh: memukuli, mencomoti.
b. Memberi, membubuhi
Contoh: menandatangani, membumbui
c. Menghilangkan
Contoh: menguliti
11. –an
Akhiran –an bermakna sebagai berikut.
a. menyatakan tempat
contoh: pangkalan, kubangan
b. menyatakan alat
contoh: ayunan, timbangan
c. menyatakan hal atau cara
contoh: didikan, pimpinan
d. menyatakan akibat, hasil perbuatan
contoh: hukuman, balasan
e. menyatakan sesuatu yang di-
contoh: cacatan, suruhan
f. menyatakan menyatakan seluruh, kumpulan
contoh: lautan, sayuran
g. menyatakan menyerupai
contoh: anak-anakan, kuda-kudaan
h. menyatakan tiap-tiap
contoh: tahunan, mingguan
i. menyatakan mempunyai sifat
contoh: asinan, kuningan
12. –nya
Fungsi akhiran –nya adalah sebagai berikut.
a. Membentuk kata benda.
Contoh: ramainya, tingginya, dinginnya, enaknya, tenggelamnya.
b. Menjelaskan atau menekankan kata yang didepannya.
Contoh: Di rumah ini ada hantunya.
c. Menjelaskan situasi.
Contoh: Ia belajar dengan tekunnya.
d. Menyertai kata keterangan.
Contoh: agaknya, rupanya, sebenarnya, sesungguhnya.

Tuesday, January 8, 2013


Sekolah Dasar Sebagai Pendidikan Dasar

Pengertian sekolah dasar dapat dikatakan sebagai kegiatan mendasari tiga aspek dasar, yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Ketiga aspek ini merupakan dasar atau landasan pendidikan yang paling utama. Hal ini karena ketiga aspek tersebut merupakan hal paling hakiki dalam kehidupan. Kita membutuhkan sikap-sikap hidup yang positif agar kehidupan kita lancar. Kita juga membutuhkan dasar-dasar pengetahuan agar setiap kali berinteraksi tidak ketinggalan informasi. Dan, yang tidak kalah pentingnya adalah keterampilan. Di sekolah dasar, kegiatan pembekalan diberikan selama enam tahun berturut-turut. Pada saat inilah anak didik dikondisikan untuk dapat bersikap sebaik-baiknya. Pengertian sekolah dasar sebagai basis pendidikan harus benar-benar dapat dipahami oleh semua orang sehingga mereka dapat mengikuti pola pendidikannya. Tentunya, dalam hal ini, kegiatan pendidikan dan pembelajarannya mengedepankan landasan bagi kegiatan selanjutnya. Tanpa pendidikan dasar, tentunya sulit bagi kita untuk memahami konsep-konsep baru pada tingkatan lebih tinggi..